Transmisi dan biologis serta awal
perkembangan dan pengasuhan
Transmisi Budaya dan Pendidikan.
Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling
penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization
(sosialisasi/pemasyarakatan), education (pendidikan), dan schooling
(persekolahan).
Menurut
Herskovits, bahwa enkilturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar
yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan
menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat
kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada
berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara
agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah
dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai
atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir
memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau
diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya.
Kesamaan
dari konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi terlihat dari pernyataan
Herkovits yang mengatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi
individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses
yang menyebabkan individu memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok.
Menurut
Hansen, enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku,
pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti
bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan
menanggapi, ideologi dan sikap-sikap. Sedangkan sosialisasi menurut Gillin dan
Gillin adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang
fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar
kelompok, mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok , mengamalkan tradisi kelompok
dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk
mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman sekelompoknya.
Menurut
Herskovits, pendidikan (education) adalah ”directed learning” dan persekolahan
(schooling) adalah “formalized learning”. Dalam literature pendidikan dewasa
ini dikenal istilah pendidikan formal, informal dan non-formal. Pendidikan
formal adalah system pendidikan yang disusun secara hierarkis dan berjenjang
secara kronologi mulai dari sekolah dasar sampai ke universitas dan disamping
pendidikan akademis umum termasuk pula bermacam-macam program dan lembaga untuk
pendidikan kejuruan teknik dan profesional.
Pendidikan informal adalah
pendidikan seumur hidup yang memungkinkan individu memperoleh sikap-sikap,
nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dan pengaruh-pengaruh yang ada di
lingkungannya dari keluarga, tetangga. Label informal berasal dari kenyataan
bahwa tipe proses belajarnya bersifat tidak terorganisasi dan tidak
tersistematis. Pendidikan informal biasanya dilaksanakan dalam masyarakat
sederhana dimana belum ada sekolah.
Karangan Margared Mead mengenai
pendidikan dalam masyarakat sederhana (1942), dimana ia membedakan antara
learning cultures dan teaching cultures atau kebudayaan belajar dan kebudayaan
mengajar. Dalam golongan yang pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara
yang tidak resmi yaitu dengan berperan serta dalam kehidupan rutin sehari-hari.
Dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
mereka perlukan untk dapat hidup dengan layak dalam masyarakat dan kebudayaan
mereka sendiri. Dalam golongan yang kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran
dari warga-warga lain yang lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam
pranata-pranata pendidikan yang resmi, dimana mereka memperoleh segala
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.
Pendidikan
non-formal merupakan kegiatan terorganisasi di luar kerangka sekolah formal
atau sistem universitas yang ada yang bertujuan untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan tertentu, pengetahuan, sikap-sikap. Pendidikan non-formal
memusatkan perhatian kepada perbaikan kehidupan sosial dan kemampuan dalam
pekerjaan. Pendidikan non-formal lebih berorientasi terhadap menolong
individu-individu memecahkan masalah mereka, bukan pada penyerapan isi
kurikulum tertentu. Pengajaran dilakukan melalui kerjasama dengan guru,
umpamanya dengan pekerja-pekerja ahli, pekerja sosial, penyuluh pertanian, dan
petugas kesehatan.
Pengaruh Lingkungan
terhadap Individu Peserta Didik.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :
1.
Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial
Lingkungan
yang hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan
pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu
keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang
lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan
masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan
mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan
bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan
andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan
manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup
makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan
manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara
dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia
kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat
sekali.
2.
Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan
dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk
diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi
seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin
tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :
- Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
- Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
- Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.
- Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.
Bentuk Transmisi Budaya :
1. Sosialisasi
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
2. AKULTURASI
Kehadiran orang Belanada di Indonesia, yang kemudian jadi penguasa, sangat mempengaruhi gaya hidup, bentuk bangaunan tradisional, serta fungsi ruangannya. Selain itu, alat perlengkapan rumah tangga yang biasa dipakai sehari-hari oleh rakyat pribumi juga mengalami perubahan. Lalu tujuh unsur universal yaitu bahasa, peralatan&perlengkapan hidup, matapencarian dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian , ilmu pengetahuan dan religi juga ikut terpengeruh. Ketujuh unsur universal budaya itu bercampur dan percampuran antara kebudayaan Belanda dan Pribumi itulah yang disebut kebudayaan Indis
3. Enkulturasi
Pada masa kebudayaan Indis, enkulturasi terjadi dilingkungan pendidikan dimana pengaruh teman sekitar bagi seorang anak lah yang akan ‘membentuk’nya. Kebiasaan hidup mewah misalnya, anak-anak pada masa itu melihat cara para orang dewasa berpakaian, cara atau kebiasaan para orang dewasa merayakan sesuatu dengan berpesta (minum bir bersama contohnya).
Kehadiran orang Belanada di Indonesia, yang kemudian jadi penguasa, sangat mempengaruhi gaya hidup, bentuk bangaunan tradisional, serta fungsi ruangannya. Selain itu, alat perlengkapan rumah tangga yang biasa dipakai sehari-hari oleh rakyat pribumi juga mengalami perubahan. Lalu tujuh unsur universal yaitu bahasa, peralatan&perlengkapan hidup, matapencarian dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian , ilmu pengetahuan dan religi juga ikut terpengeruh. Ketujuh unsur universal budaya itu bercampur dan percampuran antara kebudayaan Belanda dan Pribumi itulah yang disebut kebudayaan Indis
3. Enkulturasi
Pada masa kebudayaan Indis, enkulturasi terjadi dilingkungan pendidikan dimana pengaruh teman sekitar bagi seorang anak lah yang akan ‘membentuk’nya. Kebiasaan hidup mewah misalnya, anak-anak pada masa itu melihat cara para orang dewasa berpakaian, cara atau kebiasaan para orang dewasa merayakan sesuatu dengan berpesta (minum bir bersama contohnya).
Pengaruh enkulturasi terhadap
perkembangan psikologi individu adalah
perkembangan seseorang untuk tumbuh kembang dipengaruhi oleh proses kultur atau
budaya yang di transmisikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan
proses belajar.
Pengaruh akulturasi terhadap
perkembangan psikologi individu
adalah berubahnya kultur seseorang yang terjadi karena pengaruh asing. Hal itu
terjadi karena adanya proses sosial dimana sesama manusia saling mempelajari
kultur yang ada dalam lingkungan asing tersebut.
Pengaruh sosialisasi terhadap
perkembangan psikologi individu adalah
kehidupan seorang manusia yang terus berjalan mempengaruhi bagaimana proses
penanaman kebiasaan dari satu generasi ke generasi berikutnya itu terjadi
sehingga sosialisasi mempengaruhi peranan seorang individu dalam suatu kelompok
masyarakat.
Awal masa perkembangan dan pola
kelekatan (attachment) pada ibu atau pengasuh
Kesamaan dan perbedaan antar budaya
dalam hal transmisi budaya mempengaruhi pola perkembangan seorang anak, jika
seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh
maka kelekatan antara seorang anak dan ibu tersebut kurang daripada seorang
anak yang banyak menghabiskan waktunya bersama dengan ibu nya. Karena pengaruh
sosialisasi, akulturasi dan enkulturasi terjadi di masyarakat membuat setiap
orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami
proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang
mempengaruhinya.
sumber :